Gambar Sampul Bahasa Indonesia · d_Bab IV Meneladani Kehidupan dari Cerita Pendek
Bahasa Indonesia · d_Bab IV Meneladani Kehidupan dari Cerita Pendek
Suherli, dkk

24/08/2021 15:15:46

SMA 11 K-13 revisi 2017

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

101

Bahasa Indonesia

Pernahkah kamu mendengar atau membaca cerita? Cerita yang didengar

atau dibaca bisa beragam. Ada cerita tentang pengalaman orang lain ataupun

dari diri sendiri. Pada bab ini, kita akan membahas tentang cerita pendek.

Tahukah kamu bahwa dalam cerita pendek terdapat nilai-nilai tentang

kehidupan?

Untuk membekali kemampuanmu, pada bab ini kamu akan belajar:

1.

m

engidentifikasi nilai-nilai kehidupan dalam cerita pendek;

2.

m

endemonstrasikan salah satu nilai kehidupan yang dipelajari dalam cerita

pendek;

Sumber: www.cdn.wallpapersafari.com

Gambar 4.1 Seseorang yang senang membaca.

Meneladani Kehidupan

dari Cerita Pendek

Bab IV

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

102

3.

m

enganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek; dan

4.

m

engonstruksi sebuah cerita pendek dengan memperhatikan unsur-unsur

pembangun.

Untuk membantu kamu dalam mempelajari dan mengembangkan

kompetensimu, pelajari peta konsep di bawah ini dengan saksama!

Mengidentifikasi

nilai-nilai kehidupan

dalam cerita pendek.

Memahami informasi

tentang nilai-nilai

kehidupan dalam teks

cerita pendek.

Menemukan nilai-nilai

kehidupan dalam cerita

pendek.

Mendemonstasikan

salah satu nilai

kehidupan yang

dipelajari dalam

cerita pendek.

Menentukan nilai

kehidupan dalam teks

cerita pendek.

Mendemonstrasikan nilai

kehidupan dalam teks

cerita pendek.

Menganalisis unsur-

unsur pembangun

cerita pendek.

Menentukan unsur-

unsur pembangun cerita

pendek.

Menelaah teks cerita

pendek berdasarkan

struktur dan kaidah.

Mengonstruksi

sebuah cerita

pendek dengan

memperhatikan

unsur-unsur

pembangun.

Menentukan topik

tentang kehidupan dalam

cerita pendek.

Menulis cerita pendek

dengan memperhatikan

unsur-unsur pembangun.

Meneladani

Kehidupan dari

Cerita Pendek.

103

Bahasa Indonesia

A.

M

engidentifikasi Nilai-Nilai Kehidupan dalam Cerita

Pendek

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:

1.

m

emahami informasi tentang nilai-nilai kehidupan dalam

cerita pendek;

2.

m

enemukan nilai-nilai kehidupan dalam cerita pendek.

Cerita pendek merupakan salah satu karya sastra yang memusatkan diri

pada satu tokoh dalam satu situasi. Dalam cerita pendek, kita akan banyak

menemukan berbagai karakter tokoh, baik protagonis maupun antagonis.

Keduanya merupakan cerminan nyata dari kehidupan di dunia. Namun,

dari karakter tokoh tersebut kita dapat menemukan nilai-nilai kehidupan,

yaitu perbuatan baik yang harus kita tiru dan perbuatan buruk yang harus

kita jauhi.

Kegiatan 1

Memahami Informasi tentang Nilai-Nilai Kehidupan dalam Cerita

Pendek

Bacalah cerita pendek di bawah ini dengan baik!

Robohnya Surau Kami

oleh A.A. Navis

Alangkah tercengangnya Haji Saleh, karena di

neraka itu banyak temannya di dunia terpanggang

panas, merintih kesakitan. Dan ia tambah tak

mengerti lagi dengan keadaan dirinya, karena

semua orang yang dilihatnya di neraka tak kurang

ibadatnya dari dia sendiri. Bahkan, ada salah

seorang yang telah sampai empat belas kali ke

Mekah dan bergelar Syeh pula. Lalu Haji Saleh

mendekati mereka, lalu bertanya kenapa mereka

di neraka semuanya. Tetapi sebagaimana Haji

Saleh, orang-orang itu pun tak mengerti juga.

Sumber: www.d.gr-assets.com

Gambar 4.2 Sampul buku

Robohnya Surau Kami

.

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

104

“Bagaimana Tuhan kita ini?” kata Haji Saleh kemudian. “Bukankah kita

disuruh-Nya taat beribadah, teguh beriman? Dan itu semua sudah kita

kerjakan selama hidup kita. Tapi kini kita dimasukkan ke neraka.”

“Ya. Kami juga berpendapat demikian. Tengoklah itu, orang-orang

senegeri kita semua, dan tak kurang ketaatannya beribadat.”

“Ini sungguh tidak adil.”

“Memang tidak adil,” kata orang-orang itu mengulangi ucapan Haji

Saleh.

“Kalau begitu, kita harus minta kesaksian kesalahan kita. Kita harus

mengingatkan Tuhan, kalau-kalau ia silap memasukkan kita ke neraka ini.”

“Benar. Benar. Benar,” sorakan yang lain membenarkan Haji Saleh.

“Kalau Tuhan tak mau mengakui kesilapan-Nya, bagaimana?” suatu suara

melengking di dalam kelompok orang banyak itu.

“Kita protes. Kita resolusikan,” kata Haji Saleh.

“Apa kita revolusikan juga?” tanya suara yang lain, yang rupanya di

dunia menjadi pemimpin gerakan revolusioner.

“Itu tergantung pada keadaan,” kata Haji Saleh. “Yang penting sekarang,

mari kita berdemonstrasi menghadap Tuhan.”

“Cocok sekali. Di dunia dulu dengan demonstrasi saja, banyak yang kita

peroleh,” sebuah suara menyela.

“Setuju! Setuju! Setuju!” mereka bersorak beramai-ramai.

Lalu, mereka berangkatlah bersama-sama menghadap Tuhan. Dan

Tuhan bertanya, “ Kalian mau apa?”

Haji Saleh yang menjadi pemimpin dan juru bicara tampil ke depan.

Dan dengan suara yang menggeletar dan berirama indah, ia memulai

pidatonya.

“O, Tuhan kami yang Mahabesar. Kami yang menghadap-Mu ini adalah

umat-Mu yang paling taat beribadat, yang paling taat menyembah-Mu.

Kamilah orang-orang yang selalu menyebut nama-Mu, memuji-muji

kebesaran-Mu, mempropagandakan keadilan-Mu, dan lain-lainnya. Kitab-

Mu kami hafal di luar kepala kami. Tak sesat sedikit pun membacanya.

Akan tetapi, Tuhanku yang Mahakuasa, setelah kami Engkau panggil

kemari, Engkau masukkan kami ke neraka. Maka sebelum terjadi hal-

hal yang tidak diingini, maka di sini, atas nama orang-orang yang cinta

pada-Mu, kami menuntut agar hukuman yang Kau jatuhkan kepada

kami ditinjau kembali dan memasukkan kami ke surga sebagaimana yang

Engkau janjikan dalam kitab-Mu.”

“Kalian di dunia tinggal di mana?” tanya Tuhan.

“Kami ini adalah umat-Mu yang tinggal di Indonesia, Tuhanku.”

105

Bahasa Indonesia

“O, di negeri yang tanahnya subur itu?”

“Ya. Benarlah itu, Tuhanku.”

“Tanahnya yang mahakaya raya, penuh oleh logam, minyak, dan

berbagai bahan tambang lainnya, bukan?”

“Benar. Benar. Benar. Tuhan kami. Itulah negeri kami,” mereka mulai

menjawab serentak. Karena fajar kegembiraan telah membayang di

wajahnya kembali. Dan yakinlah mereka sekarang, bahwa Tuhan telah

silap menjatuhkan hukuman kepada mereka itu.

“Di negeri, di mana tanahnya begitu subur, hingga tanaman tumbuh

tanpa ditanam?”

“Benar. Benar. Benar. Itulah negeri kami.”

“Di negeri, di mana penduduknya sendiri melarat itu?”

“Ya. Ya. Ya. Itulah dia negeri kami.”

“Negeri yang lama diperbudak orang lain itu?” “Ya, Tuhanku. Sungguh

laknat penjajah penjajah itu, Tuhanku.”

“Dan hasil tanahmu, mereka yang mengeruknya dan diangkutnya ke

negerinya, bukan?”

“Benar Tuhanku, hingga kami tidak mendapat apa-apa lagi. Sungguh

laknat mereka itu.”

“Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu dengan kamu selalu

berkelahi, sedang hasil tanahmu orang lain juga yang mengambilnya,

bukan?”

“Benar, Tuhanku. Tapi bagi kami soal harta benda itu, kami tak mau

tahu. Yang penting bagi kami ialah menyembah dan memuji Engkau.”

“Engkau rela tetap melarat, bukan?”

“Benar. Kami rela sekali, Tuhanku.”

“Karena kerelaanmu itu, anak cucumu tetap juga melarat, bukan?”

“Sungguhpun anak cucu kami melarat, tapi mereka semua pintar

mengaji. Kitab-Mu mereka hafal di luar kepala belaka.”

“Tapi seperti kamu juga, apa yang disebutnya tidak dimasukkan ke

hatinya, bukan?”

“Ada, Tuhanku.”

“Kalau ada, mengapa biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu

teraniaya semua? Sedang harta bendamu kau biarkan orang lain

mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi

antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri engkau

negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja,

karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang.

Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal di samping beribadat.

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

106

Bagaimana engkau bisa beramal kalau engkau miskin? Engkau kira aku ini

suka pujian, mabuk disembah saja, hingga kerjamu lain tidak memuji-muji

dan menyembah-Ku saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka! Hai

malaikat, halaulah mereka ini kembali ke neraka. Letakkan di keraknya.”

Semuanya jadi pucat pasi tak berani berkata apa-apa lagi. Tahulah

mereka sekarang apa jalan yang diridai Allah di dunia.

Tetapi Haji Saleh ingin juga kepastian, apakah yang dikerjakannya di

dunia ini salah atau benar. Tetapi ia tak berani bertanya kepada Tuhan, ia

bertanya saja pada malaikat yang menggiring mereka itu.

“Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami menyembah Tuhan di

dunia?” tanya Haji Saleh.

“Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu

sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang. Tapi

engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan

anak istrimu sendiri, hingga mereka itu kucar-kacir selamanya.. Itulah

kesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis. Padahal engkau di dunia

berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak mempedulikan mereka

sedikit pun.”

Demikian cerita Ajo Sidi yang kudengar dari Kakek. Cerita yang

memurungkan Kakek.

Dan besoknya, ketika aku mau turun rumah pagi-pagi, istriku berkata

apa aku tak pergi menjenguk.

“Siapa yang meninggal?” tanyaku kaget.

“ K a k e k .”

“Kakek?”

“Ya. Tadi subuh Kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang

ngeri sekali. Ia menggorok lehernya dengan pisau cukur.”

“Astaga. Ajo Sidi punya gara-gara,” kataku seraya melangkah secepatnya

meninggalkan istriku yang tercengang-cengang.

Aku mencari Ajo Sidi ke rumahnya. Tetapi aku berjumpa sama istrinya

saja. Lalu aku tanya dia.

“Ia sudah pergi,” jawab istri Ajo Sidi. “Tidak ia tahu Kakek meninggal?”

“Sudah. Dan ia meninggalkan pesan agar dibelikan kafan buat Kakek

tujuh lapis.” “Dan sekarang,” tanyaku kehilangan akal sungguh mendengar

segala peristiwa oleh perbuatan Ajo Sidi yang tidak sedikit pun bertanggung

jawab,” dan sekarang ke mana dia?”

“Kerja.”

“Kerja?” tanyaku mengulangi hampa.

“Ya. Dia pergi kerja.”***

107

Bahasa Indonesia

Cerita yang telah kamu baca itu dinamakan cerita pendek. Sesuai

dengan namanya, cerita pendek (cerpen) adalah cerita yang menurut

wujud fisiknya berbentuk pendek. Ukuran panjang pendeknya suatu cerita

memang relatif. Namun, pada umumnya cerita pendek merupakan cerita

yang habis dibaca sekitar sepuluh menit atau setengah jam. Jumlah katanya

sekitar 500 – 5.000 kata. Olek karena itu, cerita pendek sering diungkapkan

dengan “cerita yang dapat dibaca dalam sekali duduk”.

Untuk memahami isi suatu cerpen, termasuk nilai-nilai yang ada di

dalamnya, kita sebaiknya mengawalinya dengan sejumlah pertanyaan.

Dengan demikian, pemahaman kita terhadap cerpen itu akan lebih terfokus

dan lebih mendalam. Pertanyaan-pertanyaan itu dapat dikelompokkan

yakni mulai dari pemahaman literal, interpretatif, intergratif, kritis, dan

kreatif. Untuk itu, kita pun dapat mengujinya dengan sejumlah pertanyaan

seperti berikut.

1.

P

ertanyaan literal

a.

Di m

ana dan kapan cerita itu terjadi?

b.

S

iapa saja tokoh cerita itu?

2.

P

ertanyaan interpretatif ?

a.

A

pa maksud tersembunyi di balik pernyataan tokoh A?

b.

B

agaimana makna lugas dari perkataan tokoh B?

3.

P

ertanyaan integratif

a.

B

ercerita tentang apakah cerpen di atas?

b.

A

pa pesan moral yang hendak disampaikan pengarang dari cerpennya

itu?

4.

P

ertanyaan kritis

a.

Di

tinjau dari sudut pandang agama, bolehlah tokoh C berbohong

pada tokoh A?

b.

A

pa kelebihan dan kelemahan cerpen itu berdasarkan aspek

kebahasaan yang digunakannya?

5.

P

ertanyaan kreatif

a.

B

agaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh A dalam cerpen

itu?

b.

B

agaimana kira-kira kelanjutan cerpen itu seandainya tokoh

utamanya tidak dimatikan pengarang?

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

108

Tu g a s

1.

S

etelah membaca cerita di atas, kamu sudah memiliki pemahaman

yang jelas tentang pengertian dan karakteristik cerita pendek. Sekarang,

buktikanlah pemahamanmu itu dengan menunjukkan sekurang-

kurangnya lima contoh cerita lainnya yang berkategori cerpen.

Sajikanlah hasilnya dalam rubrik berikut!

Judul Cerpen

Pengarang

Sumber

Inti Cerita

2.

S

ecara berdiskusi kelompok, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!

a.

Di m

ana dan kapan peristiwa dalam cerita itu terjadi?

b.

K

ata-kata “robohnya surau kami” itu maksudnya apa?

c.

P

esan-pesan yang disampaikan pengarang melalui cerpennya itu

apa saja?

d.

S

etujukah kamu dengan isi cerita itu dan adakah hal-hal yang

bertentangan dengan kayakinanmu sendiri?

e.

B

agaimana hubungan kamu sendiri selama ini dengan Tuhan?

Ceritakanlah!

3.

K

erjakanlah hal berikut sesuai dengan instruksinya!

a.

B

uatlah lima pertanyaan lainnya secara berkelompok untuk menguji

pemahaman literal, interpretatif, integratif, kritis, dan kreatif !

b.

M

intalah teman-teman kamu dari kelompok lain untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan itu!

Kegiatan 2

Menemukan Nilai-Nilai Kehidupan dalam Cerita Pendek

Dengan mengajukan beragam pertanyaan tentang isi suatu teks,

misalnya cerpen, kita akan sampai pada penemuan nilai dari teks itu.

Adapun yang dimaksud dengan nilai dalam hal ini adalah sesuatu yang

109

Bahasa Indonesia

penting, berguna, atau bermanfaat bagi manusia. Pertanyaan kritis tentang

kelebihan dan kelemahan cerpen itu, misalnya, akan sampailah pada

jawaban tentang bermanfaat atau tidaknya bagi pembaca.

P

erhatikan penggalan cerpen berikut.

Pak, pohon pepaya di pekaranganku telah dirobohkan dengan tak

semena-mena, tidaklah sepatutnya hal itu kulaporkan? Itu benar, tapi

jangan melebih-lebihkan. Ingat, yang harus diutamakan ialah kerukunan

kampung. Soal kecil yang dibesar-besarkan bisa mengakibatkan

kericuhan dalam kampung. Setiap soal mesti diselesaikan dengan sebaik-

baiknya. Tidak boleh main seruduk. Masih ingatkah kau pada peristiwa

Dullah dan Bidin tempo hari? Hanya karena soal dua kilo beras, seorang

kehilangan nyawa dan yang lain meringkuk di penjara.

(Cerpen “Gerhana”, Muhammad Ali)

Penggalan cerpen tersebut mengungkapkan perlunya menjaga diri,

yakni untuk tidak melebih-lebihkan persoalan sepele karena hal tersebut

bisa berakibat fatal. Dalam unsur-unsur intrinsik karya sastra, pernyataan

tersebut dinamakan dengan amanat. Pernyataan seperti itulah yang

dianggap bernilai atau sesuatu yang berguna, sebagai “obor” atau petunjuk

jalan bagi seseorang dalam berperilaku. Oleh karena itu, berkaitan dengan

baik-buruknya perilaku dalam bermasyarakat, hal itulah yang dinamakan

dengan

nilai moral.

Nilai dari sebuah cerpen tidak hanya berkaitan dengan keindahan

bahasa dan kompleksitas jalinan cerita. Nilai atau sesuatu yang berharga

dalam cerpen juga berupa pesan atau amanat. Wujudnya seperti yang

dikemukakan di atas: ada yang berkenaan dengan masalah budaya, moral,

agama, atau politik. Realitas pesan-pesan itu mungkin berupa pentingnya

menghargai tetangga, perlunya kesetiaan pada kekasih, ketawakalan

kepada Tuhan, dan sebagainya. Hanya kadang-kadang kita tidak mudah

untuk merasakan kehadiran pesan-pesan itu. Karya-karya semacam itu

perlu kita hayati benar-benar.

Untuk menemukan keberadaan suatu nilai dalam cerpen, kamu dapat

mengajukan sejumlah pertanyaan, misalnya, sebagai berikut.

1.

M

engapa tokoh A mengatakan hal itu berkali-kali?

2.

M

engapa latar cerita itu di sekolah dan pada sore hari?

3.

M

engapa pengarang membuat jalan cerita seperti itu?

4.

M

engapa seorang tokoh dimatikan sementara yang lain tidak?

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti itu akan membawamu

pada simpulan tentang nilai tertentu yang disajikan pengarang.

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

110

Tu g a s

1.

L

akukan hal-hal berikut ini sesuai dengan instruksinya!

a.

B

acalah kembali cerpen “Robohnya Surau Kami”!

b.

S

ecara berkelompok, tunjukkanlah nilai-nilai kehidupan yang

terdapat dalam cerpen itu!

c.

M

ungkinkah nilai-nilai tersebut kamu aktualisasikan pula dalam

kehidupan sehari-hari?

d.

L

aporkanlah hasil diskusi kelompokmu itu dalam format berikut!

Laporan Diskusi

Judul cerpen

: ....

P

engarang

: ....

S

inopsis

: ....

....

N

ilai-nilai

....

Kemungkinan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

....

2.

A

matilah nilai-nilai yang berlaku di dalam kehidupan masyarakatmu!

a.

N

ilai-nilai apa saja yang berkembang di dalamnya? Sajikanlah sebuah

cerita yang menjelaskan aplikasi salah satu dari nilai-nilai itu!

b.

A

dakah nilai yang kamu anggap bertentangan dengan nurani?

Jelaskanlah!

B.

M

endemonstrasikan Salah Satu Nilai Kehidupan yang

Dipelajari dalam Teks Cerita Pendek

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:

1.

m

enentukan nilai-nilai kehidupan dalam cerita pendek;

2.

m

empresentasikan teks cerita pendek dengan nilai

kehidupan.

111

Bahasa Indonesia

Kegiatan 1

Menentukan Nilai-nilai Kehidupan dalam Teks Cerita Pendek

Entah sudah berapa puluh ribu, judul cerpen yang telah dikarang dan

telah jutaan pula manusia yang membacanya, dari sejak zaman dulu hingga

sekarang. Karya manusia yang satu ini terus menerus dibaca dan diproduksi

karena manfaatnya besar bagi kehidupan. Manfaat yang langsung dapat

kita rasakan adalah bahwa cerpen memberikan hiburan atau rasa senang.

Kita memperoleh kenikmatan batin dengan membaca cerpen. Dengan

membacanya, solah-olah kita menjalani kehidupan bersama tokoh-tokoh

dalam cerpen itu. Ketika tokoh utamanya mengalami kesenangan, kita

pun turut senang; ketika mengalami kegetiran hidup, kita pun turut sedih

ataupun kecewa.

Selain itu, dengan membaca suatu cerpen, kita bisa belajar tentang

kehidupan kita bisa lebih bijak dalam menghadapi beragam peristiwa

yang mungkin pula kita hadapi. Misalnya, dengan adanya tokoh yang

bersikap angkuh, kita menjadi tahu bahwa sikap itu sering menimbulkan

ketersinggungan bagi pihak-pihak tertentu. Pelakunya sendiri menjadi

orang yang dijauhi orang lain. Sikap rendah hati ternyata mudah

mengundang simpati. Peduli pada orang lain, dalam sekecil apa pun

bantuan yang diberikan, ternyata menjadi sesuatu yang benar-benar

berharga bagi orang yang membutuhkan.

Perhatikanlah kembali cuplikan berikut.

Pernahkah kau merasakan sesuatu yang biasa hadir mengisi hari-

harimu, tiba-tiba lenyap begitu saja. Hari-harimu pasti berubah jadi

pucat pasi tanpa gairah. Saat kau hendak mengembalikan sesuatu yang

hilang itu dengan sekuat daya, namun tak kunjung tergapai. Kau pasti

jadi kecewa seraya menengadahkan tangan penuh harap lewat kalimat

doa yang tak putus-putusnya.

Bukankah kau jadi kehilangan kehangatan karena tak ada helai-helai

sinar ultraviolet yang membuat senyumnya begitu ranum selama ini.

Matahari bagimu tentu tak sekadar benda langit yang memburaikan

kemilau cahaya tetapi sudah menjadi sebuah peristiwa yang menyatu

dengan ragamu. Bayangkanlah bila matahari tak terbit lagi. Tidak

hanya kau tapi jutaan orang kebingungan dan menebar tanya sambil

merangkak hati-hati mencari liang langit, tempat matahari menyembul

secara perkasa dan penuh cahaya.

(Cerpen “Matahari Tak Terbit Pagi Ini”, Fakhrunnas M.A Jabar)

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

112

Cuplikan cerpen di atas menggambarkan begitu berartinya kehadiran

seseorang ketika ia tidak ada lagi di sisi kita. Kita rasakan begitu sulit

untuk menghadirkannya kembali, bahkan sesuatu yang sangat tidak

mungkin. Semua orang pasti akan atau pernah mengalami keadaan seperti

yang digambarkan dalam cerita itu. Hanya sosok dan peristiwanya akan

berbeda-beda.

Dari gambaran seperti itu ada pelajaran yang sangat penting bahwa

kehadiran seseorang di tengah-tengah kita adalah sebuah berkah yang

harus selalu disyukuri. Kalaulah dia sudah tidak hadir lagi, maka gantinya

adalah kesedihan, penyesalan, bahkan ratapan yang menyayat.

Berikut cuplikan lainnya.

“Kalau ada, mengapa biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu

teraniaya semua? Sedang harta bendamu kau biarkan orang lain

mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi

antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri engkau

negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja,

karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang.

Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal di samping beribadat.

Bagaimana engkau bisa beramal kalau engkau miskin? Engkau kira aku

ini suka pujian, mabuk disembah saja, hingga kerjamu lain tidak me

muji-muji dan menyembah-Ku saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk

neraka! Hai malaikat, halaulah mereka ini kembali ke neraka. Letakkan

di keraknya.”

Semuanya jadi pucat pasi tak berani berkata apa-apa lagi. Tahulah

mereka sekarang apa jalan yang diridai Allah di dunia.

(Cerpen “Robohnya Surau Kami”, AA Navis)

C

uplikan cerpen itu merupakan sindiran yang bisa jadi mengena pada

setiap kalangan, dalam kehidupan sehari-hari mereka. Orang-orang

yang hanya mengutamakan ibadah ritual dan mengabaikan persoalan-

persoalan sosial (kemanusiaan) menjadi objek sindiran dalam cuplikan

cerpen tersebut. Sindiran seperti itu boleh jadi lebih mengena daripada

dengan menggurui langsung tentang kesadaran-kesadaran keberagamaan

yang benar.

113

Bahasa Indonesia

Tu g a s

1.

N

ilai-nilai kehidupan apakah yang dikisahkan di dalam cuplikan-

cuplikan berikut.

2.

Di

skusikanlah secara berkelompok dan tuangkanlah hasilnya pada

buku kerjamu seperti dalam format berikut.

Cuplikan Cerita

Bidang

Kehidupan

Keterangan/

Alasan

1

2 3

4

1.

O, Tuhan kami yang Mahabesar.

Kami yang menghadap-Mu ini adalah

umat-Mu yang paling taat beribadat,

yang paling taat menyembah-Mu.

Kamilah orang-orang yang selalu

menyebut nama-Mu, memuji-muji

kebesaran-Mu, mempropagandakan

keadilan-Mu, dan lain-lainnya. Kitab-

Mu kami hafal di luar kepala kami. Tak

sesat sedikit pun membacanya. Akan

tetapi, Tuhanku yang Mahakuasa,

setelah kami Engkau panggil kemari,

Engkau masukkan kami ke neraka.

Maka sebelum terjadi hal-hal yang

tidak diingini, maka di sini, atas nama

orang-orang yang cinta pada-Mu,

kami menuntut agar hukuman yang

Kau jatuhkan kepada kami ditinjau

kembali dan memasukkan kami ke

sorga sebagimana yang Engkau

janjikan dalam kitab-Mu.”

2.

K

alau begitu mengapa Syarifudin

meninggal pada hari kedua, setelah

dia disunat? Darah tak banyak keluar

dari lukanya. Syarifudin kan juga

penurut. Pendiam. Setengah bulan,

hampir, dia mengurung diri karena

kau mengatakan kelakuan abangnya

sehari sebelum disunat itu. Aku tidak

percaya jika hanya oleh melompat-

lompat dan berkejaran setengah

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

114

Cuplikan Cerita

Bidang

Kehidupan

Keterangan/

Alasan

1

2 3

4

malam penuh. Aku tidak percaya itu.

Aku mulai percaya desas-desus itu

bahwa kau orang yang tamak. Orang

yang kikir. Penghisap. Lintah darat.

Inilah ganjarannya! Aku mulai percaya

desas-desus itu, tentang dukun-dukun

yang mengilu luka sunatan anak-

anak kita. Aku mulai yakin, mereka

menaruh racun di pisau dukun-dukun

itu.

3.

K

alau benar begitu, apalagi yang

sekarang mereka sakitkan hati?

Aku telah lama mengubah sikapku.

Tiap ada derma, aku sumbang. Tiap

kesusahan, aku tolong. Tidak seorang

dari mereka yang tidak kuundang

dalam pesta tadi malam. Kaulihatkan,

tiga teratak itu penuh mereka banjiri.

Aku yakin mereka telah menerimaku,

memaafkanku.

4.

Di ruang kosong y

ang semula

dipenuhi pernik cahaya matahari,

kita bertatap muka penuh gairah.

Di penjuru ruang kosong itu

bergantungan bola-bola rindu

penuh warna dan aroma. Bola-bola

itu bergesekan satu dengan lain

mengalirkan irama-irama lembut

Beethoven atau Papavarotti. Irama

itu menyayat-nyayat hati kita hingga

mengukir potongan sejarah baru.

Bagaikan sepasang angsa putih yang

menari-nari di bawah gemerlapan

cahaya langit, sejarah itu terus ditulisi

berkepanjangan. Lewat ratusan kitab,

laksa aksara. Namun, setiap perjalanan

pasti ada ujungnya. Setiap pelayaran

ada pelabuhan singgahnya. Setiap

cuaca benderang niscaya ditingkahi

temaram bahkan kegelapan.

115

Bahasa Indonesia

Cuplikan Cerita

Bidang

Kehidupan

Keterangan/

Alasan

1

2 3

4

5.

M

erah di langit barat telah lenyap

ketika kita sampai di resto yang

kaupilih sebagai tempat pertemuan.

Cuma kita berdua dan karena itu kita

pilih meja-kursi terpojok. Jauh dari

panggung musik yang terlampau

berisik. Jauh dari orang-orang yang

makan sambil tertawa-tawa riang. Di

mataku, terus terang, mereka adalah

sekelompok manusia tanpa persoalan

tanpa beban. Tidak seperti aku. Tidak

seperti kamu. Tidak seperti kita. Paling

tidak, pada malam itu. Kaupesan mi

sea food

yang entah bernama apa.

Keterangan:

1 = agama

2 = s

osial

Kegiatan 2

Mempresentasikan Sebuah Teks Cerita Pendek dengan Nilai Kehidupan

Setiap pengarang akan menginterpretasikan atau menafsirkan

kehidupan berdasarkan sudut pandangannya sendiri. Tema tentang cinta,

misalnya. Karena masing-masing pengarang memiliki interpretasi ataupun

penafsiran yang berbeda-beda, ceritanyapun menjadi berbeda-beda

antara pengarang yang satu dengan yang lainnya. Cerita itu tetap menarik

sepanjang zaman karena diungkapkan dengan berbagai cara oleh para

pengarangnya. Hal itu pula yang menyebabkan cerita itu menjadi bermakna

bagi khalayak; mereka tidak pernah bosan untuk selalu menikmatinya.

Ketertarikan seseorang untuk membaca, pasti disebabkan oleh adanya

sesuatu bermakna dalam bacaan itu. Misalnya, seorang petani akan

membaca berita tentang naik turunnya harga. Hal itu dilakukannya karena

berita tersebut dianggapnya bermakna atau bermanfaat bagi dirinya

sebagai seorang petani. Berbeda lagi kalau pembacanya itu seorang pelajar,

mungkin ia akan lebih tertarik pada perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi serta lomba karya ilmiah remaja. Bacaan tersebut dianggapnya

bermakna karena sesuai dengan dunia atau kebutuhannya.

3 = budaya

4

= e

konomi

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

116

Kebermaknaan itu tentunya dimiliki oleh bacaan-bacaan seperti cerita

pendek atau novel. Tentu saja faktor penyebabnya tidak sama dengan

bacaan yang bersifat nonfiksi, semacam berita. Seseorang membaca

cerpen bukan untuk mendapatkan informasi. Pada umumnya, seseorang

membaca cerpen untuk tujuan memperoleh hiburan ataupun pengalaman-

pengalaman hidup. Adapun daya hibur sebuah cerpen bisa disebabkan

oleh berbagai faktor, misalnya karena alurnya yang

surprise

dan penuh

kejutan. Mungkin hal itu karena konflik cerita itu yang menegangkan.

Memang banyak hal yang menyebabkan suatu cerpen menjadi

bermakna bagi para pembacanya. Sebagaimana yang telah diungkapkan

terdahulu bahwa banyak unsur yang bisa menjadikan cerpen atau bacaan-

bacaan lainnya menjadi bermakna bagi pembacanya. Unsur penokohan,

misalnya, bisa menimbulkan kesan tersendiri. Kita terkagum-kagum

oleh sifat seorang tokoh yang ada di dalamnya. Bisa pula kita terpesona

oleh penyajian latar atau gaya bercerita pengarang yang memukau dan

menghanyutkan. Pilihan kata yang digunakan pengarang, dapat juga

menjadi penyebab ketertarikan seseorang terhadap karangan itu.

P

erhatikan cuplikan cerpen berikut.

Apakah cinta pantas dikenang? Apakah cinta dibangun demi mem-

berikan rasa kehilangan? Pertanyaan itu mengganggu pikiranku.

Mengganggu perasaanku.

Sepulang dari pemakaman seorang tetangga yang mati muda, aku

lebih banyak berpikir ketimbang bicara. Iring-iringan pelayat lambat-

laun menyurut. Satu per satu menghilang ke dalam gang rumah masing-

masing. Seakan-akan turut mencerai-beraikan jiwaku. Kesedihan men-

dalam pada keluarga yang ditinggalkan, tentu akibat mereka saling

mencintai. Andai tak ada cinta di antara mereka, bisa jadi pemakaman ini

seperti pekerjaan sepele yang lain, seperti mengganti tabung dispenser,

menyapu daun kering di halaman, atau menyobek kertas tagihan telepon

yang kedaluwarsa.

Seandainya aku tidak mencintaimu, tidak akan terbit rindu sewaktu

berpisah. Tak ingin menulis surat atau meneleponmu. Tidak memberimu

bunga saat ulang tahun. Tidak memandang matamu, menyentuh

tanganmu, dan sesekali mencium.

(Cerpen “Hari Terakhir Mencintaimu”, karya Kurnia Effendi)

Kebermaknaan cuplikan cerpen tersebut tampak, antara lain, pada

temanya, yakni tentang cinta. Bagi orang yang sedang mengalami perasaan

seperti itu, tema ini sangat menarik. Selain itu, cuplikan tersebut punya daya

tarik dalam kata-katanya yang puitis. Misalnya, pada kata-kata

Seandainya

117

Bahasa Indonesia

aku tidak mencitaimu, tidak akan terbit rindu sewaktu berpisah

. Berbagai

makna atau sesuatu yang penting lainnya bisa jadi kita temukan setelah

membaca cerpen tersebut sampai tuntas.

Kebermaknaan suatu cerita lebih umum dinyatakan dalam amanat,

ajaran moral, atau pesan didaktis yang hendak disampaikan pengarang

kepada pembaca melalui karyanya itu. Amanat tersirat di balik kata-kata

yang disusun, dan juga berada di balik tema yang diungkapkan. Oleh

karena itu, amanat selalu berhubungan dengan tema cerita itu. Misalnya,

tema suatu cerita tentang hidup bertetangga, maka cerita amanatnya tidak

akan jauh dari tema itu: pentingya menghargai tetangga, pentingnya

menyantuni tetangga yang miskin, dan sebagainya.

Tu g a s

1.

N

ilai-nilai kehidupan apa saja yang dapat kamu peroleh dari penggalan

cerpen-cerpen di bawah ini? Jelaskan alasan-alasannya!

a.

Memesan tulisan di depan itu mahal!” akhirnya Salijan teringat lagi

kepraktisannya dalam keuangan, harga papan, ongkos pencatatan

tulisan – ah, sepuluh ribu sendiri habis ke situ! Tentulah suaminya

tidak akan setuju. Jumlah itu besar, lebih baik ditambahkan ke

tabungan guna mengurus sertifikat baru tanah yang masih mereka

miliki. Demikian sukar, berbelit, dan mahal untuk mendapatkan

surat-surat tersebut, kata Samijo. Dan katanya lagi semakin lama

akan menjadi semakin mahal, pegawai di kantor-kantor pemerintah

akan minta jasa lebih besar lagi. Jadi, pengeluaran yang bukan untuk

makan, pakaian lebaran, dan kesehatan, harus dihindari ....

b.

Tak bisa kurang sedikit?”

Tentu saja bisa, Mister. Dalam perdagangan, seperti Tuan maklum,

harga bisa damai. Apalagi Mister pecinta benda seni!” Tammy tak

mendengarkan lebih lanjut, dengan tangkas dia bangkit kemudian

ke belakang. Dia menulis sepucuk surat untuk Tuan Wahyono, ahli

keramik sebelah rumah. Dia suruh pelayannya cepat mengantarkan

surat itu.

Aku minta bantuan Tuan Wahyono untuk menilai harga teko ini.

Dia adalah ahli keramik Rumahnya di sebelah itu,” ujar Tammy

setelah kembali di dekat tamunya.

c.

A

ku masih saja khawatir. Ramalan dukun-dukun itu mulai lagi

mengganggu pikiranku. Kau juga mulai diganggu ramalan mereka?

Tidak. Kita tidak boleh terpengaruh oleh ramalan-ramalan. Kita

harus berdoa semoga ramalan itu tidak akan menimpa Lasuddin.

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

118

Aku masih ingat, mereka menyebarkan ke seluruh kampung

ramalan-ramalan itu. Benarkah akan terjadi seperti yang mereka

katakana, bahwa semua keturunan kita akan musnah di ujung

pisau sunat? Yakinkah kau akan itu? Kita berserah saja kepada-Nya.

Doakanlah Lasuddin. Bukankah hal ini harus diikuti setiap pengikut

Islam sejati?

2.

K

erjakan latihan berikut sesuai dengan instruksinya!

a.

B

erdiskusilah dan berkelompok setelah membaca sebuah cerpen.

b.

T

emukanlah nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting bagimu,

b

aik sebagai seorang anak, pelajar, ataupun warga masyarakat.

c.

Sa

jikanlah hasil diskusi kelompokmu itu di dalam format berikut.

Kemudian, presentasikan secara bergiliran di depan kelompok

lainnya untuk mereka tanggapi.

Judul cerpen

: ....

P

engarang

:

....

Sumber

:

....

Kebermaknaan

a.

....

c.

....

b

.

....

d

.

.....

C.

M

enganalisis Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:

1.

m

enentukan unsur-unsur pembangun cerita pendek:

2.

m

enelaah teks cerita pendek berdasarkan struktur dan

kaidah.

Kegiatan 1

Menentukan Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

Seperti halnya jenis teks lainnya, cerita pendek dibentuk oleh sejumlah

unsur. Adapun unsur yang berada langsung di dalam isi teksnya, dinamakan

dengan unsur intrinsik, yang meliputi tema, amanat, alur, penokohan, dan

lat ar.

119

Bahasa Indonesia

a.

Tema

Te

m a

adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema

suatu cerita menyangkut segala persoalan, baik itu berupa masalah

kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya.

Untuk mengetahui tema suatu cerita, diperlukan apresiasi menyeluruh

terhadap berbagai unsur karangan itu.

Tema jarang dituliskan secara tersurat oleh pengarangnya. Untuk

dapat merumuskan tema, kita harus terlebih dahulu mengenali

rangkaian peristiwa yang membentuk alur cerita dalam cerpen itu.

b.

Amanat

Amanat merupakan ajaran atau pesan yang hendak disampaikan

pengarang. Amanat dalam cerpen umumnya bersifat tersirat;

disembunyikan pengarangnya di balik peristiwa-peristiwa yang

membentuk isi cerita. Kehadiran amanat, pada umumnya tidak

bisa lepas dari tema cerita. Misalnya, apabila tema cerita itu tentang

perjuangan kemerdekaan, amanat cerita itu pun tidak jauh dari

pentingnya mempertahankan kemerdekaan.

c.

Penokohan

Penokohan merupakan cara pengarang menggambarkan dan

mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Berikut cara-cara

penggambaran karakteristik tokoh.

1)

T

eknik analitik langsung

Alam termasuk siswa yang paling rajin di antara teman-temannya.

Ia pun tidak merasa sombong walaupun berkali-kali dia mendapat

juara bela diri. Sifatnya itulah yang menyebabkan ia banyak disenangi

teman-temannya.

2)

P

enggambaran fisik dan perilaku tokoh

Seperti sedang berkampanye, orang-orang desa itu serempak

berteriak-teriak! Mereka menyuruh camat agar secepatnya keluar

kantor. Tak lupa mereka mengacung-acungkan tangannya, walaupun

dengan perasaan yang masih juga ragu-ragu. Malah ada di antara

mereka sibuk sendiri menyeragamkan acungan tangannya, agar tidak

kelihatan berbeda dengan orang lain. Sudah barang tentu, suasana

di sekitar kecamatan menjadi riuh. Bukan saja oleh demonstran-

demonstran dari desa itu, tapi juga oleh orang-orang yang kebetulan

lewat dan ada di sana

.

3)

P

enggambaran lingkungan kehidupan tokoh

Desa Karangsaga tidak kebagian aliran listrik. Padahal kampung-

kampung tetangganya sudah pada terang semua

.

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

120

4)

P

enggambaran tata kebahasaan tokoh

Dia bilang, bukan maksudnya menyebarkan provokasi. Tapi apa

yang diucapkannya benar-benar membuat orang sedesa marah.

5)

P

engungkapan jalan pikiran tokoh

Ia ingin menemui anak gadisnya itu tanpa ketakutan; ingin ia

mendekapnya, mencium bau keringatnya. Dalam pikirannya, cuma

anak gadisnya yang masih mau menyambutnya dirinya. Dan mungkin

ibunya, seorang janda yang renta tubuhnya, masih berlapang dada

menerima kepulangannya.

6)

P

enggambaran oleh tokoh lain

Ia paling pandai bercerita, menyanyi, dan menari. Tak jarang ia

bertandang ke rumah sambil membawa aneka brosur barang-barang

promosi. Yang menjengkelkan saya, seluruh keluargaku jadi menaruh

perhatian kepadanya.

d.

Alur

Alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk

oleh hubungan sebab akibat ataupun bersifat kronologis.   Pola

pengembangan cerita suatu cerpen beragam. Pola-pola pengembangan

cerita harus menarik, mudah dipahami, dan logis. Jalan cerita suatu

cerpen kadang-kadang berbelit-belit dan penuh kejutan, juga kadang-

kadang sederhana.

e.

Latar

Latar atau

setting

meliputi tempat, waktu, dan budaya yang digunakan

dalam suatu cerita. Latar dalam suatu cerita bisa bersifat faktual atau

bisa pula yang imajinatif. Latar berfungsi untuk memperkuat atau

mempertegas keyakinan pembaca terhadap jalannya suatu cerita.

Dengan demikian, apabila pembaca sudah menerima latar itu sebagai

sesuatu yang benar adanya, maka cenderung dia pun akan lebih siap

dalam menerima pelaku ataupun kejadian-kejadian yang berada dalam

latar itu.

f.

Ga

ya Bahasa

Dalam cerita, penggunaan bahasa berfungsi untuk menciptakan

suatu nada atau suasana persuasif serta merumuskan dialog yang

mampu memperlihatkan hubungan dan interaksi antara sesama tokoh.

Kemampuan sang penulis mempergunakan bahasa secara cermat

dapat menjelmakan suatu suasana yang berterus terang atau satiris,

121

Bahasa Indonesia

simpatik atau menjengkelkan, objektif atau emosional. Bahasa dapat

menimbulkan suasana yang tepat untuk adegan yang seram, adegan

romantis, ataupun peperangan, keputusan, maupun harapan.

Bahasa dapat pula digunakan pengarang untuk menandai karakter

seseorang tokoh. Karakter jahat dan bijak dapat digambarkan dengan

jelas melalui kata-kata yang digunakannya. Demikian pula dengan tokoh

anak-anak dan dewasa, dapat pula dicerminkan dari kosakata ataupun

struktur kalimat yang digunakan oleh tokoh-tokoh yang bersangkutan.

Tugas 1

1.

U

nsur apa saja yang dominan pada cuplikan-cuplikan cerita berikut?

Berkelompoklah untuk mendiskusikan unsur-unsur cerpen.

a.

K

alau begitu mengapa Syarifudin meninggal pada hari kedua, setelah

dia disunat? Darah tak banyak keluar dari lukanya. Syarifudin kan

juga penurut. Pendiam. Setengah bulan, hampir, dia mengurung

diri karena kau mengatakan kelakuan abangnya sehari sebelum

disunat itu. Aku tidak percaya jika hanya oleh melompat-lompat

dan berkejaran setengah malam penuh. Aku tidak percaya itu. Aku

mulai percaya desas-desus itu bahwa kau orang yang tamak. Orang

yang kikir. Penghisap. Lintah darat. Inilah ganjarannya! Aku mulai

percaya desas-desus itu, tentang dukun-dukun yang mengilu luka

sunatan anak-anak kita. Aku mulai yakin, mereka menaruh racun di

pisau dukun-dukun itu.

Kalau benar begitu, apalagi yang sekarang mereka sakitkan hati?

Aku telah lama mengubah sikapku. Tiap ada derma, aku sumbang.

Tiap kesusahan, aku tolong. Tidak seorang dari mereka yang

tidak kuundang dalam pesta tadi malam. Kaulihatkan, tiga teratak

itu penuh mereka banjiri. Aku yakin mereka telah menerimaku,

memaafkanku.

b. “Terus solusinya bagimana?”

”Kita berempat sudah berunding. Karena Maya takut gelap, dia

harus selalu tidur lebih dulu dari kami tidur minimal setengah jam

sesudahnya supaya ketika kami mematikan lampu, dia udah tidur.

Kalau dia terlambat berarti risiko dia. Tapi karena kami baik, he ...

he...” Siwi tertawa sejenak. ”Jika ternyata kami sudah tidur dan dia

belum dia boleh menyalakan lampu minyak. Nah ... biar yang lain

tidak terganggu sinarnya lampu minyak itu, dia pindah ke tempat

tidur yang paling ujung. Bergantian dengan Dinda. Begitu, Bu.”

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

122

2.

K

erjakanlah latihan berikut sesuai dengan instruksinya!

a.

P

erhatikanlah kutipan-kutipan di bawah ini!

b.

B

agaimana watak dari tokoh yang ada pada cuplikan-cuplikan

tersebut?

c.

D

alam diskusi kelompok, jelaskan cara pengarang di dalam

menggambarkan watak dari tokoh-tokoh tersebut!

1)

A

ku tahu emak tentu tidak akan datang. Tidak mau, katanya

tidak pantas. “Sekolah itu kan tempat priayi lho, Gus. Emakmu

ini apakah, ndak ilok kalau berada di tempat itu.”

Oalah, Mak, Mak! Priayi itu zaman dulu, sekarang ini orang

sama saja, yang membedakan itu kan isinya,” aku menekankan

telunjuk ke keningku.

Itulah Gus yang Emak maksudkan priayi. Emak tidak mau

ke tempat yang angker itu. Nanti Emakmu ini hanya akan jadi

tontonan saja, karena plonga-plongo kayak kerbau. Kasihan

kamu, Gus.”

2)

Kau punya anak, punya istri. Dari itu kau punya pegangan hidup,

punya tujuan minimal. Tapi yang terpenting kau punya tangan.

Hingga kau dapat mencapai apa saja yang kau maui. Sebagai

suami, sebagai ayah, sebagai lelaki, sebagai manusia juga, seperti

yang kita omongkan dulu, kau dapat mencapai sesuatu yang

kauinginkan. Alangkah indahnya hidup ini, kalau kita mampu

berbuat apa yang kita inginkan. Tapi kini aku tentu saja tak dapat

berbuat apa yang kuinginkan. Masa mudaku habis sudah ditelan

kebuntungan ini.”

Kutipan

Nama Tokoh

Watak

Cara Penggambaran

1)

2)

123

Bahasa Indonesia

d.

P

resentasikan pendapat kelompokmu itu di depan kelompok lain!

Mintalah mereka untuk menilai presentasi kelompokmu itu dengan

menggunakan rubrik berikut!

Aspek

Bobot

Skor

a. Kelengkapan isi presentasi

40

b. Ketepatan penjelasan

40

c. Kelancaran dalam penyampaian

20

Jumlah

100

3.

a.

B

agaimana keberadaan latar yang ada pada cuplikan-cuplikan

b

erikut? Diskusikanlah secara berkelompok!

1)

K

alau Bapak mengizinkan, saya ingin meminjam kendaraan

untuk membawanya ke rumah sakit. “Maaf, Pak, pada malam

hari kendaraan umum sangat jarang ada”. “Boleh, Pak Asmar.

Bawalah anak itu cepat-cepat ke dokter! Ini kunci mobil dan

sedikit uang untuk berobat !”

2)

T

erdengar bunyi langkah di beranda muka, kemudian suara

mengucapkan, “Selamat Malam.” Kus terkejut, sebab suara itu

dikenalnya, dr. Hamzah, selalu saja ia memburu aku. Apa pula

teorinya sekali ini. Didengarnya dr.Hamzah dengan orang tuanya

bercakap-cakap dan sekali-sekali kedengaran namanya disebut

meskipun kurang jelas benar percakapan itu ke kamarnya.

Akhirnya Kus hendak serta duduk di sana. Jangan-jangan yang

tidak-tidak nanti dibicarakannya tentang aku.

Kutipan

Jenis Latar

Waktu

Tempat

Suasana

1)

2)

b

.

P

resentasikan pendapat kelompokmu itu di depan kelompok lain!

c.

M

intalah penilaian mereka atas presentasi kelompok kamu itu.

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

124

d

.

G

unakanlah rubrik penilaian seperti di bawah ini!

Aspek

Bobot

Skor

a. Kelengkapan isi presentasi

40

b. Ketepatan penjelasan

40

c. Kelancaran dalam penyampaian

20

Jumlah

100

4.

a.

B

agaimana keberadaan unsur-unsur intrinsik dari cerpen ”Robohnya

S

urau Kami”? Paparkanlah dengan berdiskusi kelompok!

Unsur-Unsur Cerita

Paparan

a.

T

ema

b.

A

manat

c.

P

enokohan

d.

La

tar

e.

A

lur

f.

La

tar belakang

budaya, ekonomi,

religi, politik

b.

P

resentasikanlah pendapat kelompokmu di depan kelompok lainnya.

Mintalah penilaian mereka atas presentasi tersebut berdasarkan

kelengkapan dan ketepatan penjelasan kelompokmu itu!

Aspek

Bobot

Skor

a. Kelengkapan isi presentasi

40

b. Ketepatan penjelasan

40

c. Kelancaran dalam penyampaian

20

Jumlah

100

125

Bahasa Indonesia

Kegiatan 2

Menelaah Teks Cerita Pendek Berdasarkan Struktur dan Kaidah

Stuktur cerpen merupakan rangkaian cerita yang membentuk

cerpen itu sendiri. Dengan demikian, struktur cerpen tidak lain berupa

unsur yang berupa alur, yakni berupa jalinan cerita yang terbentuk oleh

hubungan   sebab akibat ataupun secara kronologis. Secara umum jalan

cerita terbagi ke dalam bagian-bagian berikut.

1.

P

engenalan situasi cerita (

exposition, orientation

)

Dalam bagian ini, pengarang memperkenalkan para tokoh, menata

adegan dan hubungan antartokoh.

2.

P

engungkapan peristiwa (

complication

)

Dalam bagian ini disajikan peristiwa awal yang menimbulkan

berbagai masalah, pertentangan, ataupun kesukaran-kesukaran bagi

para tokohnya.

3.

M

enuju pada adanya konflik (

rising action

)

Terjadi peningkatan perhatian kegembiraan, kehebohan, ataupun

keterlibatan berbagi situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran

tokoh.

4.

Pun

cak konflik (

turning point

)

Bagian ini disebut pula sebagai klimaks. Inilah bagian cerita yang

paling besar dan mendebarkan. Pada bagian pula, ditentukannya

perubahan nasib beberapa tokohnya. Misalnya, apakah dia kemudian

berhasil menyelesaikan masalahnya atau gagal.

5.

P

enyelesaian (

ending

atau

coda

)

Sebagai akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan tentang

sikap ataupun nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami

peristiwa puncak itu. Namun ada pula, cerpen yang penyelesaian akhir

ceritanya itu diserahkan kepada imaji pembaca. Jadi, akhir ceritanya itu

dibiarkan menggantung, tanpa ada penyelesaian.

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

126

Struktur teks cerpen dapat digambarkan sebagai berikut.

Cerpen tergolong ke dalam jenis teks fiksi naratif. Dengan demikian,

terdapat pihak yang berperan sebagai tukang cerita (pengarang). Terdapat

beberapa kemungkinan posisi pengarang di dalam menyampaikan

ceritanya, yakni sebagai berikut.

1.

B

erperan langsung sebagai orang pertama, sebagai tokoh yang terlibat

dalam cerita yang bersangkutan. Dalam hal ini pengarang menggunakan

kata orang pertama dalam menyampaikan ceritanya, misalnya

aku,

saya, kami

.

2.

B

erperan sebagai orang ketiga, berperan sebagai pengamat. Ia tidak

terlibat di dalam cerita. Pengarang menggunakan kata

dia

untuk tokoh-

tokohnya.

C

erpen juga memiliki ciri-ciri kebahasaan seperti berikut.

1.

B

anyak menggunakan kalimat bermakna lampau, yang ditandai oleh

fungsi-fungsi keterangan yang bermakna kelampauan, seperti

ketika

itu, beberapa tahun yang lalu, telah terjadi

.

2.

B

anyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi

kronologis). Contoh:

sejak saat itu, setelah itu, mula-mula, kemudian.

3.

B

anyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa

yang terjadi, seperti

menyuruh, membersihkan, menawari, melompat,

menghindar

.

4.

B

anyak menggunakan kata kerja yang menunjukkan kalimat tak

langsung sebagai cara menceritakan tuturan seorang tokoh oleh

pengarang. Contoh:

mengatakan bahwa, menceritakan tentang

,

mengungkapkan, menanyakan, menyatakan, menuturkan.

5.

B

anyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang

dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh. Contoh:

merasakan, menginginkan,

mengarapkan, mendambakan, mengalami.

Bagan 4.1

Struktur teks cerpen

Puncak Konflik

Penyelesaian

Menuju pada Konflik

Pengungkapan Peristiwa

Pengenalan Cerita

127

Bahasa Indonesia

6.

M

enggunakan banyak dialog. Hal ini ditunjukkan oleh tanda petik

ganda (“....”) dan kata kerja yang menunjukkan tuturan langsung.

Contoh:

a.

A

lam berkata, “Jangan diam saja, segera temui orang itu!”

b.

Di mana keberadaan temanmu sekarang?” tanya Ani pada

temannya.

c.

Tidak. Sekali saya bilang, tidak!” teriak Lani.

7.

M

enggunakan kata-kata sifat (

descriptive language

) untuk meng-

gambarkan tokoh, tempat, atau suasana.

Contoh:

Segala sesuatu tampak berada dalam kendali sekarang: Bahkan,

kamarnya sekarang sangat

rapi

dan

bersih

. Segalanya

tampak tepat

berada di tempatnya sekarang, teratur

rapi

dan

tertata dengan baik

. Ia

adalah juru masak terbaik yang pernah dilihatnya, ahli dalam membuat

ragam makanan Timur dan Barat ‘

yang sangat sedap

’. Ayahnya telah

menjadi

pencandu beratnya

.

Tu g a s

1.

J

awablah dengan berdiskusi!

a.

A

pa yang dikenalkan pada bagian awal cerpen?

b.

P

engungkapan peristiwa di dalam cerpen biasanya berupa apa?

c.

Pun

cak konflik dalam suatu cerpen ditandai oleh apa?

d.

A

pakah setiap cerpen selalu mengandung koda?

e.

D

alam cerpen, koda itu fungsinya sebagai apa?

2.

K

erjakan latihan berikut sesuai dengan instruksinya!

a.

P

erhatikan kembali cerpen berjudul “Robohnya Surau Kami”.

b.

D

engan 4-6 orang teman, diskusikanlah struktur cerpen tersebut!

c.

G

unakanah format seperti berikut!

Struktur Cerpen

Kutipan

Penjelasan

1)

P

engenalan cerita

2)

Pengungkapan

peristiwa

3)

M

enuju konflik

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

128

Struktur Cerpen

Kutipan

Penjelasan

4)

P

uncak konflik

5)

Penyelesaian

Simpulan

d.

P

resentasikanlah laporan hasil diskusi kelompokmu itu dan mintalah

teman-teman dari kelompok lain untuk memberikan tanggapan-

tanggapan.

3.

Bersama 2

4 orang teman, cermatilah cerpen di bawah ini.

Diskusikanlah kaidah kaidah kebahasaan yang menandai cerpen

tersebut terkait dengan ciri-cirinya yang telah dibahas!

a.

A

pakah semua kaidah itu tampak pada cerpen tersebut?

b.

A

dakah ciri kebahasaan lainnya yang dominan di dalamnya?

Format Analisis

Kaidah Kebahasaan

Kaidah Kebahasaan

Kutipan dalam Cerita

a.

K

ata ganti orang pertama/

ketiga

b.

K

alimat bermakna lampau

c.

Konjungsi k

ronologis

d.

K

ata kerja yang

menggambarkan peristiwa

e.

K

ata kerja yang

menunjukkan kalimat tak

langsung

f.

M

enggunakan kata kerja

yang menyatakan pikiran/

perasaan

g.

M

enggunakan dialog

h.

C

iri kebahasaan lainnya

Simpulan

....................................................................................

....................................................................................

....................................................................................

129

Bahasa Indonesia

c.

L

akukan silang baca dengan kelompok lain untuk saling memberi

komentar berdasarkan kelengkapan bagian-bagian jawaban dan

ketepatan isinya.

Aspek

Bobot

Skor

Koterangan

a.

Kelengkapan bagian-bagian

jawaban

50

b.

Ket

epatan isi jawaban

50

Jumlah

100

Cerpen

Matahari Tak Terbit Pagi Ini

Karya: Fakhrunnas MA Jabbar

Sumber: www.fiksikulo.files.wordpress.com

Gambar 4.3 Suasana menjelang matahari terbit.

Pernahkah kau merasakan sesuatu yang biasa hadir mengisi hari-

harimu, tiba-tiba lenyap begitu saja. Hari-harimu pasti berubah jadi pucat

pasi tanpa gairah. Saat kau hendak mengembalikan sesuatu yang hilang itu

dengan sekuat daya, namun tak kunjung tergapai. Kau pasti jadi kecewa

seraya menengadahkan tangan penuh harap lewat kalimat doa yang tak

putus-putusnya.

Bukankah kau jadi kehilangan kehangatan karena tak ada helai-helai

sinar ultraviolet yang membuat senyumnya begitu ranum selama ini.

Matahari bagimu tentu tak sekadar benda langit yang memburaikan

kemilau cahaya, tetapi sudah menjadi sebuah peristiwa yang menyatu

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

130

dengan ragamu. Bayangkanlah bila matahari tak terbit lagi. Tidak hanya

kau tapi jutaan orang kebingungan dan menebar tanya sambil merangkak

hati-hati mencari liang langit, tempat matahari menyembul secara perkasa

dan penuh cahaya.

Kaulah matahari itu, bidadariku. Berhari-hari kau merekat kasih hingga

tak terkoyak oleh waktu, tiba-tiba kita harus berpencar di bawah langit

menuju sudut-sudut yang kosong. Kekosongan itu kita bawa melewati

jejalan kesedihan. Kita harus terpisah jauh menjalani kodrat diri yang

termaktub di singgasana

luhl mahfudz

. Semula kita begitu dekat. Lantas

terpisah jauh oleh lempengan waktu.

Kita mengisi halaman-halaman kosong kehidupan kita dengan denyut

nadi. Sesudahnya, kita bertemu bagai angin mengecup pucuk-pucuk daun

dan berlalu begitu mudah. Dan kita pun bertemu lagi dengan perasaan

yang asing hingga kita begitu sulit memahami siapa diri kita sebenarnya.

Di ruang kosong yang semula dipenuhi pernik cahaya matahari, kita

bertatap muka penuh gairah. Di penjuru ruang kosong itu bergantungan

bola-bola rindu penuh warna dan aroma. Bola-bola itu bergesekan satu

dengan lain mengalirkan irama-irama lembut Beethoven atau Papavarotti.

Irama itu menyayat-nyayat hati kita hingga mengukir potongan sejarah

baru. Bagaikan sepasang angsa putih yang menari-nari di bawah

gemerlapan cahaya langit, sejarah itu terus ditulisi berkepanjangan. Lewat

ratusan kitab, laksa aksara. Namun, setiap perjalanan pasti ada ujungnya.

Setiap pelayaran ada pelabuhan singgahnya. Setiap cuaca benderang

niscaya ditingkahi temaram bahkan kegelapan.

Andai sejarah boleh terus diperpanjang membawa mitos dan legendanya,

maka dirimu boleh jadi termaktub pada pohon ranji sejarah itu. Boleh

jadi, kau akan tampil sebagai permaisuri ataupun Tuanku Putri yang

molek. Mungkin, berada di bawah bayang-bayang Engku Putri Hamidah,

Puan Bulang Cahaya atau pun siapa saja yang pernah mengusung regalia

kerajaan yang membesarkan marwah perempuan.

Aku tiba-tiba jadi kehilangan sesuatu yang begitu akrab di antara kutub-

kutub kosong itu. Kusebut saja, kutub rindu. Aku tak mungkin menuangkan

tumpukan warna di kanvas yang penuh garis dan kata ibarat sebab lukisan

agung ini tak kunjung selesai. Masih diperlukan banyak sentuhan kuas dan

cairan cat warna-warni hingga lukisan ini mendekati sempurna. Kita telah

menggoreskan kain kanvas kosong itu sejak mula hingga waktu jeda yang

tanpa batas.

Masih ingatkah kau bagaimana langit-langit kamar itu penuh getar

dan kabar. Tiap pintu dan tingkap dipenuhi ikrar kita. Dan bola lampu

temaram memburaikan janji-janji. Sebuah percintaan agung sedang

131

Bahasa Indonesia

dipentaskan di bawah arahan sutradara semesta. Kau membilang percik

air yang berjatuhan di danau kecil di sudut pekarangan jiwa dalam kecup

dan harum mawar.

Bahkan, tubuh kita terguyuri embun yang terbang menembus kisi-kisi

tingkap hingga tubuh kita jadi dingin. Malam-malam penuh mimpi dan

keceriaan bagaikan sepasang angsa yang mengibas-ngibaskan bulu-bulu

beningnya. Kau redupkan cahaya lampu di tiap penjuru hingga sejarah

dapat dituliskan secara khidmat dan penuh makna. Kau menatap langit-

langit kamar sambil membisikkan untaian puisi yang kau tulis dengan

desah napasmu. Kita merecup semua getar irama percintaan itu tiada batas.

Malam itu siapa pun tak butuh matahari. Sebab, ada bulan yang bersaksi.

Kita hanya butuh setitik cahaya guna penentu arah belaka. Selebihnya sunyi

menyebat kita dan tiupan angin yang melompat lewat kisi-kisi jendela

yang agak terdedah. Dengan apakah kulukiskan pertemuan kita, Kekasih?

Chairil sempat bertanya seketika.

Ah, tak cukup kata memberi makna, katamu. Dan isyarat sepasang

angsa yang saling menggosokkan paruh-paruhnya. Bagaikan peladang kita

pun sudah pula bertanam dan menebar benih. Kelak, katamu, akan ada

buah yang bakal dipetik sebagai kebulatan hati yang begitu mudah terjadi

tanpa paksa dan janji.

Dan kita pun terus saja bertanam agar daun-daun yang bertumbuh kelak

dapat menangkap fotosintesa matahari. Di tiap helai daun itu bermunculan

nama kita sebagai sebuah keabadian. Andai matahari tak terbit lagi saat

pagi merona, kita masih menyimpan sedikit cahaya di helai-helai daun

yang berguncang dihembus angin sepanjang hari.

Sungguh, matahari tak terbit pagi ini. Bagai aku kehilangan dirimu yang

berhari-hari menangkap cahaya hingga memekarkan kelopak bunga di

jiwa. Percintaan ini penuh wangi dan warna. Penuh hijau daun dan kupu-

kupu yang menyemai spora di mahkota bunga.

Begitulah saat kau berada jauh kembali ke garis hidupmu, aku begitu

ternganga sebab cahaya tak ada. Memang, tak pernah matahari tak terbit

memeluk bumi. Tapi, bagi kita, kala berada jauh, keadaan begitu gelap

dan sunyi tiba-tiba. Kita merasa begitu kehilangan. Kita merasa ada yang

terenggut tanpa sengaja. Serasa ada yang tercerabut dari akar yang semula

menghunjam jauh di tanah.

Kita bagaikan orang tak punya pilihan saat berada di persimpangan

tak bertanda. Syukurlah, kita tak pernah kehilangan arah tempat bertuju

di perjalanan berikutnya. Hidup ini penuh gurindam dan bidal Melayu

yang memagari ruang dan langkah kita menuju titik terjauh yang harus

dilompati. Kata-kata yang berdesakan di bait puisi dan lirik lagu menebar

wangi hari-hari.

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

132

takkan kutemui wanita seperti dirimu

takkan kudapatkan rasa cinta ini

kubayangkan bila engkau datang

kupeluk bahagia kan daku

kuserahkan seluruh hidupku

menjadi penjaga hatiku

Suara Ari Lasso lewat “Penjaga Hati” itu mengalir pelan-pelan dari

tembok-tembok kegelapan yang mengepungku. Benar kata emak dulu, kita

akan tahu akan makna sesuatu ketika ia telah berlalu. Apalagi berada jauh

yang tak tersentuh.

Matahari tak terbit pagi ini. Begitulah kita merasakan saat diri kita berada

di kutub yang berjauhan. Diperlukan garis waktu untuk mempertemukan

kedua tebing kutub itu. Atau, kita harus kuat merenangi laut salju yang

kental atau menyelam di bawah bongkahan es yang dingin menyengat

tubuh. Begitu diperlukan segala daya untuk menemukan sesuatu yang

lenyap begitu cepat saat diri memerlukan setitik cahaya.

Apa perasaanmu kini? Kau telan kesendirian itu di kejauhan sambil

berharap matahari akan bercahaya segera menerangi kisi-kisi hati yang

tersaput luka rindu kita. Andai kita bisa menolak gumpal awan dan

menyeruakkan matahari kembali, begitulah takdir yang hendak kita

bentangkan di kitab sejarah sepanjang masa. Tapi, kita akan cepat lelah.

Menyeruakkan awan untuk menyembulkan garang matahari bukanlah

hal yang mudah. Kita butuh sejuta tangan dan cakar untuk menaklukkan

segenap awan dan matahari itu.

Kau ingat kan, kisah Qays dan Laila atau Romeo dan Juliet yang

memburaikan banyak kenangan bagi jutaan orang. Kau pun ada dalam

bagian kisah yang tak pernah lekang di panas dan lapuk di hujan itu. Selalu

ada manik-manik kasih mengalir di samudra kehidupan yang mahaluas

ini. Meski kadangkala suaramu tersekat melempar tanya kala anugerah

kasih ini terbit di ujung usia. Tak bolehkah kita mereguk kebahagiaan di

sisa waktu yang masih tersedia meski semua jalan yang terbuka di depan

bagai tak berujung jua. ”Aku takut bila aku berubah. Tapi tak akan pernah,

pangeranku,” ucapmu pelan.

Garis panjang waktu itu mendedahkan kemungkinan-kemungkinan

yang sulit diraba. Banyak ancaman yang siap mengepung kita hingga

merobek tabir setia. Ya, kesetiaan tak kasat-mata. Hanya ada di bilik hati.

Ingin aku menjenguk bilik hatimu setiap saat, tapi tak bisa. Pintu hati itu

tak setiap waktu bisa terbuka.

133

Bahasa Indonesia

Andai kau bangun esok pagi, nankan selalu matahari akan terbit seperti

janji yang diucapkannya pada semesta. Di helai cahaya matahari itu selalu

ada kehangatan yang meresap di keping-keping jiwamu.

(Sumber:

Republika

)

D.

M

engonstruksi Sebuah Cerita Pendek dengan

Memperhatikan Unsur-Unsur Pembangun

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:

1.

m

enentukan topik tentang kehidupan dalam cerita pendek;

2.

m

enyunting cerita pendek dengan memperhatikan unsur-

unsur pembangun.

Kegiatan 1

Menentukan Topik tentang Kehidupan dalam Cerita Pendek

Topik cerpen dapat diambil dari kehidupan diri sendiri ataupun

pengalaman orang lain. Tugas seorang penulis cerpen adalah

memperlakukan pengalaman itu sesuai dengan emosi dan nuraninya

sendiri. Unsur emosi memang penting dalam menulis cerpen. Kata-kata

yang tidak mampu membangkitkan suasana ”emosi”, sering membuat

karangan itu terasa hambar dan tidak menarik. Namun demikian, kata-

kata tersebut tidak harus dibuat-buat. Kata-kata atau ungkapan yang kita

pilih adalah kata-kata yang mempribadi. Kata-kata itu dibiarkan mengalir

apa adanya. Dengan cara demikian, akan terciptalah sebuah karya yang

segar, menarik, dan alamiah.

Memilih kata-kata memerlukan kemampuan yang apik dan kreatif.

Pemilihan kata-kata yang biasa-biasa saja, tanpa ada sentuhan emosi, tidak

akan begitu menarik bagi pembaca. Jika penulis melukiskan keadaan kota

Jakarta, misalnya, tentang gedung-gedung yang tinggi, kesemerawutan

lalu lintas, dan keramaian kotanya, berarti dalam karangan itu tidak ada

yang baru. Akan tetapi, ketika seorang penulis melukiskan keadaan kota

Jakarta dengan mengaitkannya dengan suasana hati tokoh ceritanya, maka

penggambaran itu menjadi begitu menarik.

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

134

Perhatikan contoh berikut!

”Lampu-lampu yang berkilau terasa menusuk-nusuk matanya,

sedangkan kebisingan kota menyayat-nyayat hatinya. Samar-samar dia

sadari bahwa dia telah kehilangan adiknya: Paijo tercinta!

Pak Pong yang malang menatap kota dengan dendam di dalam hati.

Jakarta, kesibukannya, Bina Graha, gedung-gedung itu....”

(Sumber: “Jakarta”, Totilawati Tj.)

Perhatikan pula cuplikan berikut!

Lelaki berkacamata itu membuka kancing baju kemejanya bagian

atas. Ia kelihatan gelisah, berkeringat, meski ia sedang berada di dalam

ruangan yang berpendingin. Akan tetapi, ketika seorang perempuan

cantik muncul dari balik koridor menuju tempat lelaki berkacamata itu

menunggu, wajahnya berubah menjadi berseri-seri. Seakan lelaki itu

begitu pandai menyimpan kegelisahannya.

“Sudah lama?” tanya perempuan cantik itu sambil melempar senyum.

“Baru setengah jam,” jawabnya setengah bergurau.

Gerak-gerik tokoh, identitasnya (berkacamata), serta situasi

kejiwaannya jelas tergambar dalam cuplikan di atas. Karakter tokoh benar-

benar hidup sesuai dengan kondisi dan keadaan cerita yang dialaminya.

Penulis mewakilkan situasi kejiwaan tokoh yang gelisah melalui kata-kata

membuka kancing baju kemejanya, berkeringat, berubah menjadi berseri-

seri.

Tu g a s

1.

B

uatlah sebuah cerita pendek berdasarkan pengalaman hidup yang

kamu alami sendiri ataupun pengalaman orang lain.

2.

T

entukanlah topiknya yang menarik dan dianggap khas atau langka.

3.

C

atatlah kata-kata kunci yang berkaitan dengan topik; lalu susunlah

menjadi kerangka cerpen secara krologis.

4.

K

embangkanlah kerangka itu menjadi cerpen yang utuh dengan

menggunakan kekuataan emosi.

5.

L

akukanlah silang baca dengan teman sebangku untuk saling

memberikan koreksi berkaitan dengan pilihan kata, ejaan, dan tada

bacanya.

135

Bahasa Indonesia

Kegiatan 2

Menyunting Teks Cerita Pendek dengan Memperhatikan Unsur-Unsur

Menulis karangan, baik itu berupa cerita ataupun jenis karangan yang

lain jarang yang bisa sekali jadi. Akan ada saja kesalahan atau kekeliruan

yang harus diperbaiki. Mungkin hal itu berkaitan dengan isi tulisan,

sistematikanya, keefektifan kalimat, kebakuan kata, ataupun ejaan/tanda

bacanya. Oleh karena itu, peninjauan ulang atau langkah penyuntingan atas

karangan yang telah kita buat, merupakan sesuatu yang penting dilakukan.

Berikut beberapa persoalan yang perlu diperhatikan berkenaan dengan

penyempurnaan karangan.

1.

A

pakah ide yang dikemukakan dalam karangan itu sudah tepat atau

tidak, dan sudah padu atau belum?

2.

A

pakah sistematika penulisannya sudah benar atau perlu perbaikan?

Uraian yang bolak-balik dan banyaknya pengulangan tentu akan

menjadikan karangan itu tidak menarik.

3.

A

pakah karangan itu bertele-tele atau terlalu sederhana? Karangan

yang bertele-tele, haruslah disederhanakan. Namun, sebaliknya apabila

karangan itu terlalu sederhana, perlulah dikembangkan lagi.

4.

A

pakah penggunaan bahasanya cukup baik atau tidak? Perhatikan

keefektifan kalimat dan kejelasan makna kata-katanya!

Buku ejaan, tata bahasa, dan kamus, perlu dijadikan pendamping. Buku-

buku tersebut dapat dijadikan rujukan, terutama ketika ingin memastikan

kebenaran atau ketepatan penggunaan bahasa.

Tu g a s

1.

M

arilah berlatih menyunting penggalan cerita berikut!

a.

P

erhatikanlah isi, struktur, dan aspek kebahasaan dari cuplikan

cerita berikut!

b.

D

engan berdiskusi, perbaikilah beberapa kesalahan yang ada di

dalamnya berdasarkan petunjuk-petunjuk berikut.

1)

A

da kata yang harus dimiringkan penulisannya karena kata itu

masih berupa kata asing. Tunjukkanlah kata itu dan perbaikilah.

2)

A

da kalimat yang salah di dalam penggunaan tanda baca

akhirnya. Tunjukkan kalimat yang dimaksud dan perbaikilah.

3)

A

da kalimat yang tidak efektif karena tidak mengandung subjek.

Tunjukkan kalimat yang dimaksud dan perbaikilah.

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

136

4)

A

da tanda koma yang harus dibubuhkan setelah kata seru.

Tunjukkanlah kata seru yang dimaksud dan perbaikilah.

5)

A

da penulisan nama orang yang salah ejaannya. Tunjukkanlah

nama itu dan perbaikilah.

c.

B

acakanlah hasil-hasil perbaikan kelompokmu terhadap cuplikan

novel tersebut untuk mendapatkan tanggapan dari kelompok lain.

Lelaki tua itu selalu suka mengenakan lencana merah putih yang

disematkan di bajunya. Di mana saja berada, lencana merah putih

selalu menghiasi penampilannya.

Ia memang seorang pejuang yang pernah berperang bersama

para pahlawan di masa penjajahan sebelum bangsa dan negara ini

merdeka. Kini semua teman seperjuangannya telah tiada. Sering

ia bersyukur karena mendapat karunia umur panjang. Ia bisa

menyaksikan rakyat hidup dalam kedamaian.

Tak lagi dijajah oleh bangsa lain. Tidak lagi berperang gerilya

keluar masuk hutan. Tapi ia juga sering meratap-ratap setiap kali

membaca koran yang memberitakan keadaan negara ini semakin

miskin akibat korupsi yang telah dianggap wajar bagi semua

pengelola negara.

Banyak kekayaan negara juga dikuras habis-habisan oleh

perusahaan-perusahaan asing yang berkolaborasi dengan elite

politik. Kini, semua elite politik hidup dalam kemewahan, persis

seperti para pengkhianat bangsa sebelum negara ini merdeka. Dulu,

pada masa penjajahan, para pengkhianat bangsa menjadi mata-mata

Kompeni.

Mereka tega mengorbankan anak bangsa sendiri demi keuntungan

pribadi. Mereka mendapat berbagai fasilitas mewah. Seperti rumah,

mobil dan juga perempuan-perempuan cantik. Ia tiba-tiba teringat

pengalamannya membantai sejumlah pengkhianat bangsa di masa

penjajahan.

Saat itu ia ditugaskan oleh Jenderal Sudirman untuk membersihkan

negara ini dari pengkhianat bangsa yang telah tega mengorbankan

siapa saja demi keuntungan pribadi. ”Para pengkhianat bangsa

adalah musuh yang lebih berbahaya dibanding Kompeni. Mereka

tak pantas hidup di negara sendiri. Kita harus menumpasnya sampai

habis. Mereka tak mungkin bisa diajak berjuang karena sudah nyata-

nyata berkhianat,” Jenderal Sudirman berbisik di telinganya ketika ia

ikut bergerilya di tengah hutan.

137

Bahasa Indonesia

Ia kemudian bergerilya ke kota-kota menumpas kaum pengkhianat

bangsa. Ia berjuang sendirian menumpas kaum pengkhianat bangsa.

Dengan menyamar sebagai penjual tape singkong dan air perasan

tape singkong yang bisa diminum sebagai pengganti arak atau tuak,ia

mendatangi rumah-rumah kaum pengkhianat bangsa. Banyak

pengkhianat bangsa yang gemar membeli air perasan tape singkong.

Dasar kaum pengkhianat, senangnya hanya mengumbar nafsu

saja. Ia begitu dendam kepada kaum pengkhianat bangsa. Mereka

harus ditumpas habis dengan cara apa saja. Dan ia memilih cara paling

mudah tapi sangat ampuh untuk menumpas kaum pengkhianat

bangsa. Air perasan tape singkong sengaja dibubuhi racun yang

diperoleh dari seorang sahabatnya berkebangsaan Tionghoa yang

sangat mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Entah terbuat dari bahan apa, racun itu sangat berbahaya. Jika

dicampur dengan air perasan tape singkong, lalu diminum, maka

dalam waktu dua jam setelah meminumnya, maka si peminum

akan tertidur untuk selamanya. Tak ada yang tahu, betapa kaum

pengkhianat bangsa tewas satu persatu setelah menenggak air

perasan tape singkong yang telah dicampur dengan racun.

Dokter-dokter yang menolong mereka menduga mereka mati

akibat serangan jantung. Dukun-dukun yang mencoba menolong

mereka menduga mereka mati akibat terkena santet. Pemuka-

pemuka agama yang mencoba menolong mereka menduga mereka

mati akibat kutukan Tuhan karena mereka telah banyak berbuat

dosa.

(Cerpen: “Pejuang” oleh Maria Maghdalena Bhoernomo

dengan beberapa perubahan)

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

138

2.

M

arilah berlatih menulis cerita pendek dengan mengembangkan tema

yang menurutmu menarik dan bermanfaat bagi pembaca! Pilihlah

tema yang berhubungan dengan kehidupanmu sehari-hari.

a.

L

akukan silang baca untuk saling mengoreksi pengembangan cerita

yang telah kamu buat pada bab sebelumnya.

b.

M

intalah temanmu untuk memperbaiki karanganmu itu,

berdasarkan unsur-unsur pembangun.

c.

G

unakanlah model rubrik berikut untuk kegiatan tersebut. Kamu

dapat mengerjakannya pada buku kerjamu.

Unsur-Unsur

Pembangun

Bentuk Kesalahan

Saran Perbaikan

139

Bahasa Indonesia

E. Laporan Membaca Buku

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:

1.

m

enyebutkan butir-butir penting dari buku nonfiksi (buku

pengayaan) yang dibaca.

2.

m

enyusun ikhtisar dari dua buku nonfiksi (buku

pengayaan) dan ringkasan dari satu novel yang dibaca.

Pada awal semester gurumu telah menyampaikan kewajiban kamu untuk

membaca buku fiksi dan nonfiksi, bukan? Setelah selesai mempelajari teks

cerpen, gurumu akan menagih laporan hasil buku yaitu menyusun ikhtisar.

Yang perlu kamu pahami adalah pengertian rangkuman agar dapat memahami

pengertian ikhtisar dengan baik.

Rangkuman

  adalah hasil dari kegiatan

merangkum atau suatu hasil dari kegiatan meringkas suatu uraian yang lebih

singkat dengan perbandingan secara proposional antara bagian yang dirangkum

dengan rangkumannya.

Untuk memahaminya, kalian perlu mengetahui dahulu bagian-bagian

secara umum buku. Bagian-bagian tersebut di antaranya ialah sampul

depan, kata pengantar, daftar isi, penyajian isi, daftar pustaka, indeks,

glosarium, dan biodata penulis.

Langkah-langkah Membuat Rangkuman

1.

H

arus membaca uraian asli pengarang sampai tuntas agar memperoleh

gambaran atau kesan umum dan sudut pandang pengarang. Pembacaan

hendaklah dilakukan secara saksama dan diulang sampai dua atau tiga

kali untuk dapat memahami isi bacaan secara utuh.

2.

P

erangkum membaca kembali bacaan yang akan dirangkum dengan

membuat catatan pikiran utama atau menandai pikiran utama setiap

uraian untuk setiap bagian atau setiap paragraf.

3.

D

engan berpedoman hasil catatan, perangkum mulai membuat

rangkuman dan menyusun kalimat-kalimat yang bertolak dari hasil

catatan dengan menggunakan bahasa perangkum sendiri. Apabila

perangkum merasa ada yang kurang sesuai, perangkum dapat membuka

kembali bacaan yang akan dirangkum.

4.

P

erangkum perlu membaca kembali hasil rangkuman dan mengadakan

perbaikan apabila dirasa ada kalimat yang kurang koheren.

5.

P

erangkum perlu menulis kembali hasil rangkumannya berdasarkan

hasil perbaikan dan memastikan bahwa rangkuman yang dihasilkan

lebih pendek dibanding dengan bacaan yang dirangkum.

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

140

Kegiatan 1

Bacalah satu buku nonfiksi sampai selesai. Kemudian, telaah buku

tersebut seperti yang telah disajikan dalam contoh. Kerjakan pada lembar

terpisah atau pada buku kerjamu. Setelah itu sampaikan hasil analisis

kepada temanmu!

Identitas Buku yang Dibaca

Judul

: .............................

Pengarang

: .............................

Penerbit, kota terbit, dan tahun terbit

:

.............................

Bagian Buku

Pokok Isi Informasi

Bab 1

Bab 2

dan seterusnya

Berdasarkan pokok-pokok informasi yang telah kamu temukan di atas,

rangkaikanlah pokok-pokok informasi tersebut dengan menggunakan

konjungsi yang tepat sehingga menjadi teks yang utuh.